
JAKARTA, JAWAPOST — Setelah Thomas Cup 2024 resmi berakhir di Chengdu, sorotan kembali tertuju pada sektor paling “garang” bulu tangkis Indonesia: ganda putra. Duet andalan seperti Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin menunjukkan taringnya, meski tantangan dari negara-negara kuat seperti China dan India makin sulit ditaklukkan.
Keberhasilan menembus semifinal patut diapresiasi. Namun, banyak pengamat menyebut ini sebagai sinyal bahwa Indonesia tidak bisa bersantai. Diperlukan evaluasi taktik, stamina, dan regenerasi demi menjaga dominasi sektor ini yang telah jadi andalan sejak era Ricky/Rexy hingga Ahsan/Hendra.
Performa di Thomas Cup: Stabil, Tapi Belum Tajam
Di babak penyisihan, Indonesia tampil cukup solid. Ganda utama Fajar/Rian sempat menyumbang kemenangan penting saat melawan Korea Selatan dan Denmark. Namun, saat melawan China di semifinal, performa mereka goyah. Dalam laga ketat melawan pasangan baru asal Tiongkok, Fajar/Rian kalah dalam rubber game dengan skor 18-21, 21-19, 19-21.
Sementara itu, pasangan muda Leo/Daniel justru tampil konsisten. Mereka berhasil membalikkan prediksi dan memberikan poin penyelamat di laga-laga krusial. Tapi, pengalaman dan kontrol mental masih menjadi pekerjaan rumah.
Fokus Pelatnas: Konsistensi & Variasi Taktik
Kepala pelatih ganda putra PBSI, Aryono Miranat, menyatakan bahwa fokus utama usai Thomas Cup ini adalah pada:
-
Variasi serangan: terutama netting dan drive agar tak mudah dibaca lawan.
-
Ketahanan fisik: karena laga rubber game sering terjadi di level atas.
-
Pola komunikasi: terutama saat kondisi tertinggal poin.
“Musuh makin hafal gaya main kita. Harus ada pembaruan dari segi taktik dan mindset,” ujar Aryono di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur.
Pasangan Pelapis Siap Mencuri Perhatian
Selain pasangan utama, beberapa nama pelapis seperti Rahmat Hidayat/Yeremia Rambitan dan Sabar Karyaman/Reza Pahlevi mulai menunjukkan peningkatan. Mereka sempat menjadi pelapis di ajang beregu Asia dan SEA Games 2023 lalu, dan perlahan mendapatkan jam terbang internasional.
Diharapkan, dengan latihan terarah dan pengiriman rutin ke turnamen level Super 300-500, pasangan pelapis ini bisa bersaing di kancah dunia pada 2025.
Persaingan Global Makin Ketat
Indonesia tak bisa menutup mata terhadap ganda-ganda dunia seperti:
-
Liang Weikeng/Wang Chang (China)
-
Satwik/Chirag (India)
-
Astrup/Rasmussen (Denmark)
Pasangan-pasangan ini memiliki keunggulan tinggi badan, kekuatan smash, dan variasi block defense yang sulit dibaca. PBSI harus menyusun strategi menghadapi karakteristik masing-masing jika ingin kembali berjaya seperti di era 2010-an.
Menuju Olimpiade Paris 2024: Peluang Masih Terbuka
Fajar/Rian sudah mengamankan tiket ke Olimpiade Paris. Leo/Daniel juga masuk dalam perhitungan, tergantung hasil di turnamen terakhir sebelum kuota resmi ditutup. Namun, hasil di Thomas Cup menjadi cerminan bahwa belum ada pasangan yang benar-benar dominan dan stabil.
PBSI diharapkan lebih berani dalam menyusun program recovery, analisis pertandingan, dan pembentukan tim support yang lebih modern—seperti sport science dan mental coach.
Dukungan Publik & Sponsor: Kunci Konsistensi
Tidak bisa dipungkiri, sektor ganda putra adalah “mesin medali” bulu tangkis Indonesia. Dukungan publik terhadap atlet dan pelatih menjadi bahan bakar moral tersendiri. Begitu pula dengan peran sponsor dan media dalam menjaga ekosistem pembinaan yang sehat dan berkelanjutan.
“Jangan hanya dukung saat menang, tapi juga beri semangat saat mereka jatuh. Karena dari situlah karakter juara dibentuk,” ujar mantan pemain nasional, Hendra Setiawan, dalam wawancara dengan JAWAPOST.
✍️ Kesimpulan
Ganda putra Indonesia belum habis. Justru, dengan generasi muda yang haus prestasi dan pembinaan yang makin modern, harapan untuk kembali mendominasi dunia sangat terbuka. Tapi, butuh kerja keras, konsistensi, dan keberanian untuk berubah—mulai dari pelatihan, mentalitas, hingga strategi jangka panjang.