
JAKARTA, JAWAPOST.NET – Di tengah derasnya arus informasi digital, peran Humas Polri semakin krusial dalam menjaga kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian.
Hal itu disampaikan oleh Associate Professor Universitas Indonesia, Dr. Devie Rahmawati, dalam Dialog Kebangsaan Divhumas Polri Tahun Anggaran 2025 yang digelar dalam rangka Hari Jadi ke-74 Humas Polri di STIK-PTIK Lemdiklat Polri, Jakarta Selatan, Kamis (30/10/2025).
Dr. Devie menilai, komunikasi publik kini berada di era Experience Economy dan Attention Economy, di mana perhatian masyarakat menjadi aset paling berharga.
“Tantangan terbesar Humas Polri bukan sekadar menarik perhatian publik, tapi bagaimana mempertahankannya agar pesan institusi tidak tenggelam di tengah kebisingan digital,” ujarnya.

Ia menegaskan, setiap anggota Polri sejatinya adalah humas. “Polisi bukan berdiri untuk masyarakat, tapi bagian dari masyarakat itu sendiri,” katanya.
Menurutnya, komunikasi publik Polri perlu berpijak pada empat elemen utama: hiburan, pendidikan, estetika, dan keaslian. Hiburan dimaknai bukan sekadar menghibur, tapi juga menenangkan dan menuntun pada kebenaran.
Estetika menunjukkan profesionalisme dan kenyamanan pelayanan, sementara keaslian mencerminkan ketulusan serta karakter sejati Polri.
Lebih lanjut, Dr. Devie menyoroti fenomena lost in the scroll yang membuat pesan penting sering terlewat di tengah banjir konten media sosial.
Ia menyebut, Polri perlu menyajikan pesan yang ringkas, menarik, dan relevan dengan pola konsumsi digital masyarakat.

“Judul yang kuat, kalimat pembuka yang menggugah, serta visual yang bermakna menjadi kunci agar pesan Polri diterima publik,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa citra positif Polri tidak hanya dibangun lewat strategi komunikasi formal, melainkan dari perilaku dan tutur kata anggota di lapangan.
“Komunikasi bukan pekerjaan tambahan, tapi bagian dari tugas inti Polri. Kepercayaan publik tidak dimulai dari seragam atau pangkat, melainkan dari empati dalam berinteraksi,” tegasnya.
Menutup paparannya, Dr. Devie mengingatkan bahwa di era digital, komunikasi bukan soal siapa yang paling sering berbicara, tapi siapa yang paling tulus dan autentik dalam menyampaikan pesan.
“Dunia tidak kekurangan informasi, melainkan kekurangan makna. Setiap pesan Humas Polri harus membawa nilai, kejujuran, dan empati. Karena pada akhirnya, Polri tidak hanya bekerja untuk masyarakat, tapi adalah bagian dari masyarakat itu sendiri,” ujarnya.
Reporter : SP.
