CILACAP, Jawapost.net — Penulisan Mushaf Al-Qur’an Wijayakusuma Al-Irfani menjadi penanda lahirnya sebuah karya seni sekaligus perjalanan spiritual dari para kaligrafer dan pegiat seni Islam di Cilacap. Melibatkan para pentashih, akademisi, hingga pengasuh pesantren, mushaf ini diharapkan menjadi kebanggaan masyarakat Cilacap dan salah satu karya monumental Nusantara. Minggu (30/11/2025).

Pengasuh Pesantren Kaligrafi Sandikala, KH. Midhan Anis, S.Sy., M.M., menuturkan bahwa Sandikala berawal dari sebuah sanggar kecil. Dorongan untuk menghadirkan ruang pembinaan seni muncul setelah sahabatnya, Ustadz Awaluddin, mengingatkan bahwa karya kaligrafi yang terus berkembang membutuhkan wadah yang lebih terstruktur.

Inisiatif itu diwujudkan pada 13 Mei 2018 melalui kegiatan melukis bersama di Benteng Pendem yang menghadirkan kaligrafer internasional dari Kudus, diikuti pelukis lokal, siswa MAPSI, dan komunitas seni. Kegiatan serupa berlanjut setiap tahun, termasuk pada Hari Jadi Cilacap serta peringatan Muharram di Pertamina.

Rangkaian kegiatan tersebut melahirkan generasi baru kaligrafer Cilacap yang mulai menorehkan prestasi dari tingkat kabupaten hingga provinsi. Tahun ini menjadi tonggak baru dengan partisipasi pertama Cilacap di MTQ Provinsi dan berhasil meraih Juara Harapan 1 dan 3. Dukungan para guru, tokoh agama, dan masyarakat kemudian mendorong Sandikala berkembang dari sanggar menjadi pesantren, sekaligus pusat pengembangan kaligrafi digital dan manuskrip.

Terkait proses penulisan mushaf, KH. Mohammad Assiry, S.H., M.Dn., dari Kudus, menjelaskan bahwa pengerjaan dilakukan secara tim melalui beberapa divisi, mulai dari sketsa, penulisan ayat, tahqiq dan tashih, desain ornamen, hingga penyelesaian artistik. Desain dasar dibuat secara digital, kemudian dicetak dan dilanjutkan dengan penulisan manual sehingga menghasilkan karakter yang lebih autentik dan artistik.

Ukuran mushaf ditetapkan 79 cm × 109 cm, menjadikannya salah satu mushaf besar di Indonesia setelah mushaf karya Kementerian Agama. Gaya penulisan merujuk pada khat Usmani standar Indonesia dengan sentuhan gaya Hafasy, Muhammad, dan Hoki Affandi, memberikan kesan anggun dan harmonis. Penulisan ditargetkan selesai 30 juz dalam satu tahun sebelum nantinya dicetak massal dan dibagikan kepada masyarakat Cilacap.

Filosofi ornamen juga menjadi perhatian utama. Ustadz Irfan Ali Nasrudin, S.H.I., dari Sanggar Kaligrafi Hilyatul Qalam Tegal menjelaskan bahwa Mushaf Wijayakusuma mengangkat simbol sejarah Cilacap berupa Bunga Wijayakusuma sebagai identitas utama. Ornamen lain mencakup Meranti Jawa dari Nusakambangan, motif cengkeh dan pala, serta ragam dekorasi Nusantara dari Papua, Dayak, Aceh, NTT, Cirebonan, hingga motif songket. Perpaduan elemen tersebut menciptakan karakter mushaf yang merepresentasikan keberagaman budaya Indonesia.

Penulisan Mushaf Wijayakusuma Al-Irfani menjadi bentuk pengabdian para seniman, ulama, akademisi, dan generasi muda muslim Cilacap dalam menghadirkan warisan spiritual dan budaya yang bernilai tinggi.

Dengan dukungan BAZNAS Kabupaten Cilacap, para ulama, pesantren, dan masyarakat, mushaf ini diharapkan menjadi mercusuar seni Islam Nusantara lahir dari Cilacap untuk Indonesia dan dunia.

Reporter : (Shlh).