
Purwokerto (Jawapost.net) — Perkembangan zaman yang semakin pesat membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu kelompok yang paling merasakan dampaknya adalah remaja.
Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang sedang berada pada masa pencarian jati diri. Pada masa ini, mereka sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya, baik dari keluarga, teman sebaya, maupun perkembangan teknologi yang begitu cepat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat banyak fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita, terutama di kalangan remaja. Penggunaan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup mereka.
Melalui media sosial, remaja dapat berkomunikasi, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan media sosial juga menimbulkan berbagai dampak negatif apabila tidak diimbangi dengan kesadaran dan pengendalian diri yang baik.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi remaja saat ini adalah kecanduan terhadap gawai dan internet. Banyak remaja yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain gim daring atau menonton konten hiburan tanpa batas.
Akibatnya, waktu belajar, beristirahat, dan berinteraksi langsung dengan keluarga maupun lingkungan sekitar menjadi berkurang. Fenomena ini membuat sebagian remaja menjadi kurang peduli terhadap realitas sosial dan kehilangan kemampuan berkomunikasi secara langsung.
Selain itu, arus informasi yang begitu deras di dunia maya sering kali membuat remaja kesulitan membedakan antara berita yang benar dan berita palsu (hoaks). Tidak jarang, mereka ikut menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya, yang akhirnya menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
Lebih dari itu, media sosial juga sering menjadi tempat munculnya perilaku negatif seperti perundungan daring (cyberbullying), konten pamer kekayaan, hingga perlombaan mencari pengakuan melalui jumlah pengikut dan “like”.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa remaja saat ini tidak hanya menghadapi tantangan di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Di sinilah pentingnya peran keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat dalam memberikan bimbingan dan pengawasan yang seimbang.
Orang tua hendaknya menjadi contoh dalam penggunaan teknologi secara bijak, sementara sekolah perlu menanamkan nilai-nilai karakter, etika digital, dan literasi media kepada peserta didik.
Remaja juga harus menyadari bahwa kemajuan teknologi bukanlah hal yang harus dihindari, tetapi harus dimanfaatkan untuk hal-hal positif. Melalui internet, mereka dapat memperluas wawasan, belajar keterampilan baru, bahkan membangun usaha kreatif yang bermanfaat.
Banyak contoh remaja Indonesia yang berhasil memanfaatkan media digital untuk berkarya dan menginspirasi, seperti menjadi konten kreator edukatif, desainer muda, atau pengembang aplikasi.
Dengan demikian, kunci utama agar remaja mampu menghadapi tantangan era digital adalah keseimbangan antara penggunaan teknologi dan kehidupan sosial nyata. Remaja harus dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab atas setiap tindakan di dunia maya.
Sebagai generasi penerus bangsa, remaja memiliki peran penting dalam menentukan arah masa depan Indonesia. Oleh karena itu, mereka harus dibekali dengan pendidikan karakter, wawasan kebangsaan, dan kemampuan berpikir kritis agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif dari luar.
Pada akhirnya, kemajuan teknologi seharusnya menjadi alat untuk membantu remaja berkembang, bukan justru menjauhkan mereka dari nilai-nilai moral dan kemanusiaan.
Dengan kesadaran, pendampingan, dan semangat belajar yang tinggi, remaja Indonesia dapat menjadi generasi yang cerdas digital, beretika, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa. (**).
